-- The Diary --
Sampai sekarang ini
keluarga Yuanda belum juga sampai dirumah, padasesuatu hari sudah tampak kian
senja. Yuanda duduk diteras rumahnya sambil menulis sesuatu di sebuah buku
hariannya. Tampaknya dia sedang dibawah peasaaan kegundahan. Tiba-tiba Minda
datang dan membuat Yuanda merasa sangat kaget.
Nama Pemeran drama:
1. Demine Anifa sebagai Minda
2. Kartika Ilmi sebagai Yuanda
1. Demine Anifa sebagai Minda
2. Kartika Ilmi sebagai Yuanda
Minda :
Hello girl.. (memukul pundak Yuanda)
Yuanda :
Hanya diam dan merunduk sedih
Minda :
Kamu ada apa? Apa kamu mempunyai masalah?
Yuanda :
Tak, saya tak apa-apa.
Minda :
Jangan bohong, kamu tak dapat bohong dengan matamu. cerita saja sama saya. Mungkin saya dapat menolong.
Yuanda :
Sudahlah, tak ada yang perlu dijelaskan.
Minda :
Mengambil buku diari yang di pegang Yuanda, lalu Ini apa? Pasti kamu menyimpan rahasia disini.
Yuanda :
Tak! Kembalikan buku itu. Kamu tak bakalan mengerti dengan perasaanku. saya sudah bosan hidup di dunia ini. Lebih baik saya mati saja. (mencoba bunuh diri dengan menggores silet di tangannya
Minda :
Hentikan Yuanda! Ini sesuatu tolol yang kamu lsayakan. Kau pikir dengan cara bunuh diri masalahmu akan selesai. Tak! Mungkin ini akan menambah masalah saja.
Hello girl.. (memukul pundak Yuanda)
Yuanda :
Hanya diam dan merunduk sedih
Minda :
Kamu ada apa? Apa kamu mempunyai masalah?
Yuanda :
Tak, saya tak apa-apa.
Minda :
Jangan bohong, kamu tak dapat bohong dengan matamu. cerita saja sama saya. Mungkin saya dapat menolong.
Yuanda :
Sudahlah, tak ada yang perlu dijelaskan.
Minda :
Mengambil buku diari yang di pegang Yuanda, lalu Ini apa? Pasti kamu menyimpan rahasia disini.
Yuanda :
Tak! Kembalikan buku itu. Kamu tak bakalan mengerti dengan perasaanku. saya sudah bosan hidup di dunia ini. Lebih baik saya mati saja. (mencoba bunuh diri dengan menggores silet di tangannya
Minda :
Hentikan Yuanda! Ini sesuatu tolol yang kamu lsayakan. Kau pikir dengan cara bunuh diri masalahmu akan selesai. Tak! Mungkin ini akan menambah masalah saja.
Yuanda :
Menangis
Minda :
Mencoba menenangkan Yuanda. Tolong, ceritalah kepada saya. Kamu harus percaya sama saya. Saya yakin kita dapat menyelesaikan masalah ini. Saya juga ikut sedih melihat kamu seperti ini.
Yuanda :
Saya ini seorang anak yang tak diharapkan. Saya selalu dibeda-bedakan dengan saudarsaya yang lain. Saya seperti pembantu dirumah ini.
Minda :
Ada apa kau mengatakan begitu? Padasesuatu orangtuamu sangat baik sama kamu.
Yuanda :
Ya, memang dihadapan oranglain dia seperti tampak baik. Padasesuatu itu hanya rekayasa belaka. Kamu tak pernah merasakan apa yang saya rasakan - Mungkin jika kamu berada diposisiku kamu akan lelah bertahan hidup. Tiap hari saya disiksa, disuruh ini, disuruh itu. Semua pekerjaan rumah saya yang kerja. Mereka tak peduli dengan saya.
Minda :
Kamu yang sabar ya Yuanda. Tapi kamu itu masih beruntung. Kamu masih dapat merasakan yang namanya sekolah dan dapat tinggal dirumah yang semewah ini. Masih banyak kok orang yang lebih menderita di luar sana.
Yuanda :
Tapi saya sudah tak dapat bersabar dengan ulah mereka.
Minda :
Heehhhh.. Yuanda ngak boleh gitu. Kamu harus dapat tegar. Mungkin cobaan ini hanya sesaat. Kamu harus yakin suatu saat nanti hidupmu akan lebih baik. Saya akan menolong kamu untuk menyelesaikan masalah ini. Saya yakin orangtuamu itu punya hati yang baik.
Yuanda :
Hmmm (tersenyum) makasih ya kamu sudah memberiku semangat hidup. Saya akan tetap tegar menghadapi semua ini.
Minda :
Demikianlah peranan penting seorang sahabat, senantiasa setia untuk menolong sahabatnya ketika sedang dirundung masalah.
Menangis
Minda :
Mencoba menenangkan Yuanda. Tolong, ceritalah kepada saya. Kamu harus percaya sama saya. Saya yakin kita dapat menyelesaikan masalah ini. Saya juga ikut sedih melihat kamu seperti ini.
Yuanda :
Saya ini seorang anak yang tak diharapkan. Saya selalu dibeda-bedakan dengan saudarsaya yang lain. Saya seperti pembantu dirumah ini.
Minda :
Ada apa kau mengatakan begitu? Padasesuatu orangtuamu sangat baik sama kamu.
Yuanda :
Ya, memang dihadapan oranglain dia seperti tampak baik. Padasesuatu itu hanya rekayasa belaka. Kamu tak pernah merasakan apa yang saya rasakan - Mungkin jika kamu berada diposisiku kamu akan lelah bertahan hidup. Tiap hari saya disiksa, disuruh ini, disuruh itu. Semua pekerjaan rumah saya yang kerja. Mereka tak peduli dengan saya.
Minda :
Kamu yang sabar ya Yuanda. Tapi kamu itu masih beruntung. Kamu masih dapat merasakan yang namanya sekolah dan dapat tinggal dirumah yang semewah ini. Masih banyak kok orang yang lebih menderita di luar sana.
Yuanda :
Tapi saya sudah tak dapat bersabar dengan ulah mereka.
Minda :
Heehhhh.. Yuanda ngak boleh gitu. Kamu harus dapat tegar. Mungkin cobaan ini hanya sesaat. Kamu harus yakin suatu saat nanti hidupmu akan lebih baik. Saya akan menolong kamu untuk menyelesaikan masalah ini. Saya yakin orangtuamu itu punya hati yang baik.
Yuanda :
Hmmm (tersenyum) makasih ya kamu sudah memberiku semangat hidup. Saya akan tetap tegar menghadapi semua ini.
Minda :
Demikianlah peranan penting seorang sahabat, senantiasa setia untuk menolong sahabatnya ketika sedang dirundung masalah.